tanahku kah
Tampak puing menara dengan kepulan asap seperti cerobong kereta api, tak henti-henti meliuk-liuk menuju angkasa, bukan dari kobaran api yang membakar singgasana karena hanya tampak sang raja dengan dengan cerutu pipa di ujung menara menyaksikan barisan para pujangga melantunkan sajak-sajak penghibur lara dari hancurnya sebuah tahta.
Para pengemis tidak lagi berani meminta, mereka sibuk mengais-ngais tanah bersama anjing yang mengendus membantu sang pengemis mencari permata. Tanah ini tidak lagi tampak jelita dengan segala cerita yang sampai kemancanegara , nuansa hari pun penuh liputan rakyat jelita yang menuntut keadilan yang dibalas dengan penindasan sampai ahirnya mereka tertawan oleh kelaparan.
Kesombongan sang raja tak pernah pudar dan tetap berusaha menampik segala tangga yang digunakan lawan untuk menaiki menara. Sidang para serdadu sekarang sudak tidak banyak membantu dalam menyuarakan nyanyian sendu para ibu yang terus saja menggerutu karena tidak tau lagi apa yang bisa dijadikan menu, kini sang serdadu sedang sibuk mengisi peluru karena tahun depan masih ada sisa puing masih bisa diperebutkan, mungkin masih ada harapan makan tahun depan dari limbah sogokan yang bertabur peluru mencari sokongan dan tampias airmata kita mereka gunakan sebagai pelicin menaiki menara.......sungguh mencengangkan
Komentar